Belajar Filsafat 4 : Sejarah Filsafat

Filsafat

Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat, pada awal
kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan
yang muncul pada masa peradaban Kuno (masa Yunani). Pada tahun 2000 SM,
bangsa Babylon yang hidup di lembah Sungai Nil (Mesir) dan Sungai Efrat
telah mengenal alat pengukur berat, tabel bilangan berpangkat, tabel perkalian
menggunakan sepuluh jari.
Piramida yang merupakan salah satu keajaiban dunia itu, ternyata
pembuatannya menerapkan geometri dan matematika, menunjukkan cara
berpikirnya yang sudah tinggi. Selain itu, mereka pun sudah dapat mengadakan
kegiatan pengamatan benda-benda langit, baik bintang, bulan, maupun matahari
sehingga dapat meramalkan gerhana bulan ataupun gerhana matahari. Ternyata
ilmu yang mereka pakai dewasa ini disebut astronomi. Di India dan China, saat
itu telah ditemukan cara pembuatan kertas dan kompas (sebagai petunjuk arah).


Masa Yunani

Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah
peradaban manusia karena saat itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari
mitosentris menjadi logo-sentris. Pola pikir mitosentris adalah pola pikir
masyarakat yang sangat mengenal mitos untuk menjelaskan fenomena alam,
seperti gempa bumi dan pelangi. Namun, ketika filsafat di perkenalkan, fenomena
alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam
yang terjadi secara kausalitas. Penelusuran filsafat Yunani dijelaskan dari asal kata
filsafat. Sekitar abad IX SM atau paling tidak tahun 700 SM, di Yunani, Softhia
diberi arti kebijaksanaan; Sophia berarti juga kecakapan. Kata philoshopos mula mula dikemukakan dan dipergunakan oleh Heraklitos (480−540 SM). Sementara
pada abad 500−580 SM, kata-kata tersebut digunakan oleh Pithagoras.
2 | Pengantar Filsafat Ilmu
Menurut Philosophos (ahli filsafat), harus mempunyai pengetahuan luas
sebagai pengenjawantahan daripada kecintaannya akan kebenaran dan mulai
benar-benar jelas digunakan pada masa kaum sophis dan socrates yang memberi
arti philosophein sebagai penguasaan secara sistematis terhadap pengetahuan
teoretis. Philosopia adalah hasil dari perbuatan yang disebut Philosophein,
sedangakan philosophos adalah orang yang melakukan philosophien. Dari kata
philosophia itulah timbul kata-kata philosophie (Belanda, Jerman, Perancis),
philosophy (Inggris). Dalam bahasa Indonesia disebut falsafat (Soerjabrata 1970
dalam Bakhtiar 2011).
Kehidupan penduduknya sebagai nelayan dan pedagang sebab sebagian
besar penduduknya tinggal di daerah pantai sehingga mereka dapat menguasai
jalur perdagangan di Laut Tengah. Kebiasaan mereka hidup di alam bebas
sebagai nelayan itulah mewarnai kepercayaan yang dianutnya, yaitu berdasarkan
kekuatan alam sehingga beranggapan bahwa hubungan manusia dengan Sang
Maha Pencipta bersifat formalitas. Artinya, kedudukan Tuhan terpisah dengan
kehidupan manusia. Kepercayaan yang bersifat formalitas (natural religion), tidak
memberikan kebebasan kepada manusia ini ditentang oleh Homerus dengan dua
buah karyanya yang terkenal, yaitu Ilias dan Odyseus. Kedua karya Homerus itu
memuat nilai-nilai yang tinggi dan bersifat edukatif. Sedemikian besar peranan
karya Homerus, sama kedudukannya seperti wayang purwa di Jawa. Akibatnya,
masyarakat lebih kritis dan rasional. Pada abad ke-6 SM, bermunculan para
pemikir yang memiliki kepercayaan sangat bersifat rasional (cultural religion)
menimbulkan pergeseran. Tuhan tidak lagi terpisah dengan manusia, melainkan
menyatu dengan kehidupan manusia. Sistem kepercayaan yang natural religius
berubah menjadi sistem kultural religius.
Dalam sistem kepercayaan natural religius ini manusia terikat oleh
tradisionalisme. Sementara dalam sistem kepercayaan kultural religius,
memungkinkan manusia mengembangkan potensi dan budayanya dengan
bebas, sekaligus dapat mengembangkan pemikirannya untuk menghadapai dan
memecahkan berbagai kehidupan alam dengan akal pikiran.
Ahli pikir pertama kali yang muncul adalah Thales (625–545 SM) yang
berhasil mengembangkan geometri dan matematika. Likipos dan Democritos
mengembangkan teori materi, Hipocrates mengembangkan ilmu kedokteran,
Euclid mengembangkan geometri edukatif, Socrates mengembangkan
teori tentang moral, Plato mengembangkan teori tentang ide, Aristoteles
mengembangkan teori tentang dunia dan benda serta berhasil mengumpulkan
data 500 jenis binatang (ilmu biologi). Suatu keberhasilan yang luar biasa dari
Aristoteles adalah menemukan sistem pengaturan pemikiran (logika formal)
yang sampai sekarang masih terkenal. Para ahli pikir Yunani Kuno ini mencoba
membuat konsep tentang asal mula alam. Walaupun sebelumnya sudah ada
tentang konsep tersebut, tetapi konsepnya bersifat mitos, yaitu mite kosmogonis
(tentang asal-usul alam semesta) dan mite kosmologis (tentang asal-usul serta sifat
kejadian-kejadian dalam alam semesta) sehingga konsep mereka sebagai mencari
asche (asal mula) alam semesta dan mereka disebutnya sebagai filsuf alam. Karena
arah pemikiran filsafat pada alam semesta, corak pemikirannya kosmosentris.
Sementara para ahli pikir seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles yang hidup
pada masa Yunani Klasik karena arah pemikirannya pada manusia maka corak
pemikiran filsafatnya antroposentris. Hal ini disebabkan arah pemikiran para ahli
pikir Yunani Klasik tersebut memasukkan manusia sebagai subjek yang harus
bertanggung jawab terhadap segala tindakannya.


Masa Abad Pertengahan

Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan
filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan maka filsafat atau pemikiran
pada abad pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya,
pemikiran filsafat abad pertengahan didominasi oleh agama. Pemecahan semua
persoalan selalu didasarkan atas agama sehingga corak pemikiran kefilsafatannya
bersifat teosentris.
Baru pada abad ke-6 Masehi, setelah mendapatkan dukungan dari Karel
Agung, didirikanlah sekolah-sekolah yang memberi pelajaran gramatika,
dialektika, geometri, aritmatika, astronomi, dan musik. Keadaan tersebut akan
mendorong perkembangan pemikiran filsafat pada abad ke-13 yang ditandai
berdirinya universitas-universitas dan ordo-ordo. Dalam ordo inilah mereka
mengabdikan dirinya untuk kemajuan ilmu dan agama, seperti Anselmus
(1033–1109), Abaelardus (1079–1143), dan Thomas Aquinas (1225–1274). Di
kalangan para ahli pikir Islam (periode filsafat Skolastik Islam), muncul al-Kindi,
al-Farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, dan Ibnu Rusyd.
Periode skolastik Islam ini berlangsung tahun 850–1200. Pada masa itulah
kejayaan Islam berlangsung dan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat.
Akan tetapi, setelah jatuhnya Kerajaan Islam di Granada, Spanyol tahun 1492
mulailah kekuasaan politik barat menjarah ke timur. Suatu prestasi yang paling
besar dalam kegiatan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang filsafat. Di sini
mereka merupakan mata rantai yang mentransfer filsafat Yunani, sebagaimana
yang dilakukan oleh sarjana-sarjana Islam di timur terhadap Eropa dengan
menambah pikiran-pikiran Islam sendiri. Para filsuf Islam sendiri sebagian
menganggap bahwa filsafat Aristoteles adalah benar, Plato dan Al-Qur’an adalah
benar, mereka mengadakan perpaduan serta sinkretisme antara agama dan
filsafat.
Kemudian pikiran-pikiran ini masuk ke Eropa yang merupakan sumbangan
Islam paling besar, yang besar pengaruhnya terhadap ilmu pengetahuan dan
pemikiran filsafat, terutama dalam bidang teologi dan ilmu pengetahuan alam.
Peralihan dari abad pertengahan ke abad modern dalam sejarah filsafat disebut
sebagai masa peralihan (masa transisi), yaitu munculnya Renaissance dan
Humanisme yang berlangsung pada abad 15−16. Munculnya Renaisance dan
Humanisme inilah yang mengawali masa abad modern. Mulai zaman modern ini
peranan ilmu alam kodrat sangat menonjol sehingga akibatnya pemikiran filsafat
semakin dianggap sebagai pelayan dari teologi, yaitu sebagai suatu sarana untuk
menetapkan kebenaran-kebenaran mengenai Tuhan yang dapat dicapai oleh akal
manusia.


Masa Abad Modern

Pada masa abad modern ini pemikiran filsafat berhasil menempatkan
manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan sehingga corak
pemikirannnya antroposentris, yaitu pemikiran filsafat mendasarkan pada akal
pikir dan pengalaman. Sebelumnya telah dikemukakan bahwa munculnya
Renaisance dan Humanisme sebagai awal masa abad modern, di mana para ahli
(filsuf) menjadi pelopor perkembangan filsafat (kalau pada abad pertengahan yang
menjadi pelopor perkembangan filsafat adalah para pemuka agama). Pemikiran
filsafat masa abad modern ini berusaha meletakkan dasar-dasar bagi metode logis
ilmiah. Pemikiran filsafat diupayakan lebih bersifat praktis, artinya pemikiran
filsafat diarahkan pada upaya manusia agar dapat menguasai lingkungan alam
menggunakan berbagai penemuan ilmiah.
Karena semakin pesatnya orang menggunakan metode induksi/
eksperimental dalam berbagai penelitian ilmiah, akibatnya perkembangan
pemikiran filsafat mulai tertinggal oleh perkembangan ilmu-ilmu alam kodrat
(natural sciences). Rene Descartes (1596–1650) sebagai bapak filsafat modern
yang berhasil melahirkan suatu konsep dari perpaduan antara metode ilmu
alam dan ilmu pasti ke dalam pemikiran filsafat. Upaya ini dimaksudkan agar
kebenaran dan kenyataan filsafat juga sebagai kebenaran serta kenyataan yang
jelas dan terang.
Pada abad ke-18, perkembangan pemikiran filsafat mengarah pada
filsafat ilmu pengetahuan, di mana pemikiran filsafat diisi dengan upaya
manusia, bagaimana cara/sarana apa yang dipakai untuk mencari kebenaran
dan kenyataan. Sebagai tokohnya adalah George Berkeley (1685–1753), David
Hume (1711-“1776), dan Rousseau (1722-1778). Di Jerman, muncul Christian
Wolft (1679-“1754) dan Immanuel Kant (1724–1804) yang mengupayakan agar
filsafat menjadi ilmu pengetahuan yang pasti dan berguna, yaitu dengan cara
membentuk pengertian-pengertian yang jelas dan bukti kuat (Amin 1987).
Abad ke-19, perkembangan pemikiran filsafat terpecah belah. Pemikiran
filsafat pada saat itu telah mampu membentuk suatu kepribadian tiap-tiap bangsa
dengan pengertian dan caranya sendiri. Ada filsafat Amerika, filsafat Perancis,
filsafat Inggris, dan filasafat Jerman. Tokoh-tokohnya adalah Hegel (1770−1831),
Karl Marx (1818−1883), August Comte (1798−1857), JS. Mill (1806–1873),
John Dewey (1858–1952). Akhirnya, dengan munculnya pemikiran filsafat
yang bermacam-macam ini berakibat tidak terdapat lagi pemikiran filsafat yang
mendominasi. Giliran selanjutnya lahirlah filsafat kontemporer atau filsafat
dewasa ini.

Tag Lainnya
Materi Filsafat
Kuliah umum filsafat
Penjelasan Filsafat
Ringkasan Sejarah Filsafat
Sejarah Filsafat Yunani Romawi Renaisans dan modern
Makalah Sejarah filsafat
Sejarah Perkembangan filsafat
Filsafat sejarah

0 Comments for "Belajar Filsafat 4 : Sejarah Filsafat "

Back To Top