Belajar Filsafat 6 : Zaman Renaissance atau Abad Pencerahan

Zaman Renaissance

Era renaissance ditandai dengan kebangkitan kembali pemikiran yang bebas
dari dogma-dogma agama. Zaman peralihan ketika budaya tengah mulai berubah
menjadi suatu kebudayaan modern. Penemuan ilmu pengetahuan modern mulai
dirintis pada masa renaissance.
Ilmu pengetahuan yang maju pesat pada masa ini ialah astronomi. Tokohnya
yang terkenal antara lain Copernicus, Kepler, dan Galileo Galilei. Kegiatan ilmiah
didasarkan pada beberapa hal: (1) observation, pengamatan; (2) elimination,
penyingkiran; (3) prediction, peramalan; (4) measurement, pengukuran; dan
(5) experiment, percobaan untuk menguji teori yang didasarkan pada ramalan
matematik (Mutansyir dan Munir 2001: 132-133).












Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan
perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Zaman yang
menyaksikan dilancarkannya tantangan gerakan reformasi terhadap keesaan dan
supremasi gereja katolik Roma, bersamaan dengan berkembangnya Humanisme.
Zaman ini juga merupakan penyempurnaan kesenian, keahlian, dan ilmu yang
diwujudkan dalam diri jenius serba bisa, Leonardo da Vinci. Penemuan percetakan
(kira-kira 1440 M) dan ditemukannya benua baru (1492 M) oleh Colombus
memberikan dorongan lebih keras untuk meraih kemajuan ilmu. Kelahiran
kembali sastra di Inggris, Prancis, dan Spanyol diwakili Shakespeare, spencer,
Rabelais, dan Ronsard. Saat itu, seni musik juga mengalami perkembangan.
Adanya penemuan para ahli perbintangan seperti Copernicus dan Galileo
menjadi dasar bagi munculnya astronomi modern yang merupakan titik balik
dalam pemikiran ilmu dan filsafat (Shadily Hasan 1984: 2880).
Tidaklah mudah untuk membuat garis batas yang tegas antara zaman
renaisans dan zaman modern. Sementara orang menganggap bahwa zaman
modern hanyalah perluasan renaisans. Akan tetapi, pemikiran ilmiah membawa
manusia lebih maju ke depan dengan kecepatan yang besar, berkat kemampuan kemampuan yang dihasilkan oleh masa-masa sebelumnya. Manusia maju dengan
langkah raksasa dari zaman uap ke zaman listrik, kemudian ke zaman atom,
elektron, radio, televisi, roket, dan zaman ruang angkasa (Komite Nasional Mesir
untuk UNESCO 1986: 174).

Pada zaman renaisans ini, manusia Barat mulai berpikir secara baru dan
secara berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja yang
selama ini telah membelenggu kebebasan dalam mengemukakan kebenaran
filsafat dan ilmu. Pemikiran yang dapat dikemukakan dalam tulisan ini antara
lain Nicolas Copernicus (1473-1543) dan Prancis Bacon (1561-1626).
Copernicus adalah seorang tokoh gereja ortodoks, ia menemukan bahwa
matahari berada di pusat jagad raya dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu
perputaran sehari-hari pada porosnya dan gerak tahunan mengelilingi matahari.
Teorinya ini disebut Heliosentrisme, di mana matahari adalah pusat jagad raya,
bukan bumi sebagaimana yang digunakan oleh Ptolomeus yang diperkuat gereja.
Teori Ptolomeus ini disebut Geosentrisme yang mempertahankan bumi sebagai
pusat jagad raya (Mustansir dan Muni 2002: 70).












Sekalipun Copernicus membuat model, tetapi alasan utamanya bukanlah
sistem, melainkan keyakinannya bahwa prinsip Heliosentrisisme akan sangat
memudahkan perhitungan. Copernicus sendiri tidak berniat untuk mengemukakan
penemuannya, terutama mengingat keadaan dan lingkungan gereja waktu itu.
Menurut gereja, prinsip Geosentrisisme dianggap lebih benar daripada prinsip
Heliosentrisisme. Setiap siang dan malam kita melihat semuanya mengelilingi
bumi. Hal ini ditetapkan Tuhan, oleh agama karena manusia menjadi pusat
perhatian Tuhan, untuk manusialah semua itu diciptakan-Nya. Paham tersebut
disebut Homosentrisisme. Dengan kata lain, prinsip Geosentrisisme tidak dapat
dipisahkan dari prinsip Heliosentrisisme. Jika dalam keadaan tersebut prinsip
Heliosentrisisme dilontarkan, akan berakibat berubah dan rusaknya seluruh
kehidupan manusia saat itu (Santoso 1977: 68).

Teori Copernicus ini melahirkan revolusi pemikiran tentang alam semesta,
terutama astronomi. Bacon adalah pemikir yang seolah-olah meloncat keluar dari
zamannya dengan melihat perintis filsafat ilmu. Ungkapan Bacon yang terkenal
adalah Knowledge is Power (pengetahuan adalah kekuasaan). Ada tiga contoh
yang dapat membuktikan pernyataan ini sebagai berikut.
1. Mesin menghasilkan kemenangan dan perang modern.
2. Kompas memungkinkan manusia mengarungi lautan.
3. Percetakan yang mempercepat penyebaran ilmu (Mustansir 2002: 71).
Penemuan Copernicus mempunyai pengaruh luas dalam kalangan sarjana,
antara lain Tycho Brahe dan Johannes Keppler. Tycho Brahe (1546-1601)
adalah seorang bangsawan yang tertarik pada sistem astronomi baru. Ia membuat
alat-alat yang ukurannya besar sekali untuk mengamati bintang-bintang dengan
teliti. Berdasarkan alat-alat yang besar itu dan dengan ketentuan serta ketelitian
pengamatannya, bahan yang dapat dikumpulkan selama 21 tahun sangat besar
artinya untuk ilmu dan keperluan sehari-hari.

Perhatian Tycho Brahe dimulai pada bulan November tahun 1572, dengan
munculnya bintang baru di gugusan Cassiopeia secara tiba-tiba, yaitu bintang
yang cemerlang selama 16 bulan sebelum ia padam lagi. Bintang yang dalam
waktu singkat menjadi cemerlang dalam bahasa modern disebut Nova atau
Supernova, bergantung dari besar dan massanya. Timbulnya bintang baru itu
menggugurkan pendapat yang dianut sampai saat itu, yaitu karena angkasa
diciptakan Tuhan maka angkasa tidak dapat berubah sepanjang masa serta
bentuknya akan tetap dan abadi. Beberapa tahun kemudian Thyco berhasil
menyusun sebuah observatorium yang lengkap dengan alat, kepustakaan, dan
tenaga pembantu (Santoso 1997).













Dalam tahun 1577, ia dapat mengikuti timbulnya sebuah komet. Dengan
bantuan alat-alatnya, ia menetapkan lintasan yang diikuti komet tersebut.
Ternyata lintasan ini lebih jauh dari planet Venus. Penemuan ini membuktikan
bahwa benda-benda angkasa tidak menempel pada crystalline spheres, tetapi
datang dari tempat yang sebelumnya tidak dapat dilihat kemudian menghilang
lagi. Kesimpulannya adalah “benda-benda angkasa semuanya terapung bebas
dalam ruang angkasa(Ibid).

Johannes Keppler (1571-1630) adalah pembantu Tycho dan seorang ahli
matematika. Ia masih bertolak dari kepercayaan bahwa semua benda angkasa
bergerak, mengikuti lintasan circle karena sesuai dengan kesempurnaan ciptaan
Tuhan. Namun, semua perhitungan tetap menunjukkan bahwa lintasan
merupakan sebuah elips untuk semua planet. Akhirnya, Keppler terpaksa
mengakui bahwa lintasan memang berbentuk elips.

Selain itu, dalam perhitungan terbukti bahwa pergerakan benda angkasa tidak
beraturan dan tidak sempurna. Pergerakannya mengikuti suatu ketentuan, yaitu
bila matahari dihubungkan dengan sebuah planet oleh garis lurus dan planet ini
bergerak X jam lamanya, luas bidang yang dilintasi garis lurus itu dengan waktu
X jam selalu sama. Berdasarkan hukum ini, kalau planet berada paling dekat
dengan matahari (perihelion) kecepatannya pun paling besar. Sebaliknya, jika
planet berada paling jauh dari matahari (abhelion), kecepatannya paling kecil.
Hal ketiga yang ditemukan Keppler adalah perbandingan antara dua buah
planet, misalnya A dan B. Bila waktu yang dibutuhkan untuk melintasi orbit
oleh masing-masing planet adalah P dan Q, sedangkan jarak rata-rata dari planet
b ke matahari adalah X dan Y maka P+: Q+ = X+ Y+. Dengan damikian, Keppler
menemukan tiga buah hokum astronomi, yaitu (Ibid: 71):
1. orbit dari semua planet berbentuk elips;
2. dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu
melintasi bidang yang luasnya sama; serta
3. bila jarak rata-rata dua planet A dan B dengan matahari adalah X dan Y,
sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P dan Q
maka P+ : Q+= X+ : Y+.

Ketiga hukum Keppler itu ditemukan setelah dilakukan perhitungan selama
kira-kira sepuluh tahun tanpa logaritma karena saat itu memang belum dikenal
logaritma. Dari karya-karya Tycho dan Keppler tersebut dapat ditarik beberapa
pelajaran. Pengumpulan bahan pengamatan yang teliti dan ketekunan yang terus menerus jadi landasan utama untuk perhitungan yang tepat. Perhitungan yang
tepat memaksa disingkirkannya semua takhayul, misalnya tentang pergerakan
sempurna atau pergerakan sirkuler. Bahan dan perhitungan yang teliti merupakan
suatu jalan untuk menemukan hukum-hukum alam yang murni dan berlaku
universal.

Ketiga hukum alam tentang planet ini sampai sekarang masih dipergunakan
dalam astronomi, meskipun di sana-sini diadakan perbaikan seperlunya. Karya
Copernicus dan Keppler memberikan sumbangan yang besar bagi lapangan
astronomi. Dalam tangan Copernicus, lapangan ini baru merupakan sebuah
model untuk perhitungan. Dalam tangan Keppler, astronomi menjadi penentuan
gerakan benda-benda angkasa dalam suatu lintasan yang tertutup. Akhirnya
dalam tangan Newton, pergerakan ini diberi keterangan lengkap, baik mengenai
ketepatan maupun bentuk elipsnya.

Setelah Keppler, muncul Galileo (1546-1642) dengan penemuan lintas
peluru, penemuan hukum pergerakan, dan penemuan tata bulan planet Jupiter.
Penemuan tata bulan Jupiter memperkokoh keyakinan Galileo bahwa tata
surya bumi bersifat heliosentrik. Sebagai sarjana matematika dan fisika, Galileo
menerima prinsip tata surya yang Heliosentris serta hukum-hukum yang
ditemukan Keppler. Galileo dapat pula membuat sebuah teropong bintang.
Dengan teropong bintang itu ia dapat melihat beberapa peristiwa angkasa secara
langsung. Hal yang terpenting dan terakhir ditemukannya adalah planet Jupiter
yang dikelilingi oleh empat buah bulan (Ibid: 74).

Galileo membagi sifat benda dalam dua golongan, yaitu pertama, golongan
yang langsung mempunyai hubungan dengan metode pemeriksaan fisik, artinya
yang mempunyai sifat-sifat primer (primary qualities) seperti berat, panjang,
dan lain-lain sifat yang dapat diukur. Kedua, golongan yang tidak mempunyai
peranan dalam proses pemeriksaan ilmiah disebut sifat-sifat sekunder (secondary
qualities), seperti sifat warna, asam, manis, dan bergantung dari pancaindra
manusia. Pada zaman Galileo, ilmu pada umumnya tidak dapat memeriksa sifat
kehidupan, karena sifat subjektif, tidak dapat diukur, dan tidak dapat ditemukan
satuan dasarnya. Hal itulah yang membuat Galileo dianggap sebagai pelopor
perkembangan ilmu dan penemu dasar ilmu modern yang hanya berpegang pada
soal-soal objektif saja (Ibid: 78).

Pada masa yang bersamaan dengan Keppler dan Galileo, ditemukan
Logaritma oleh Napier (1550-1617) berdasarkan basis e yang kemudian diubah
ke dalam dasar 10 oleh Briggs (lahir tahun 1615) dan kemudian diperluas
oleh Brochiel de Decker (lahir tahun 1626). Ketika Keppler mendengar tentang
penemuan itu, ia memberikan reaksi bahwa jika ia dapat mempergunakan
penemuan logaritma, perhitungan yang 11 tahun dapat dipersingkat sekurang kurangnya menjadi satu bulan (Ibid: 79).

Pada masa Desarque (1593-1662) ditemukan Projective Geometry yang
berhubungan dengan cara melihat sesuatu, yaitu manusia A melihat pada P
dari tempat T. Karena “melihat” hanya mungkin jika ada cahaya, sedangkan
cahaya memancar lurus maka seolah-olah mata dihubungkan dengan benda oleh
satu garis lurus. Sementara Fermat juga mengembangkan Ortogonal Coordinate
System, seperti halnya Descartes. Di samping itu, ia juga melaksanakan penelitian
teori Al-Jabar berkenaan dengan bilangan-bilangan dan soal-soal yang dalam
tangan Newton dan Leibniz, kemudian akan menjelma sebagai perhitungan
diferensial-integral (calculus). Fermat bersama-sama Pascal menyusun dasar-dasar
perhitungan statistik (Ibid: 82).

Sejarah Filsafat Zaman Renaissance
Sejarah peradaban Zaman Renaissance
Makalah sejarah Zaman Renaissance
Kehidupan dan sosial Zaman Renaissance
Pemikiran Zaman Renaissance
Sistem pemerintahan Zaman Renaissance
Ciri ciri Zaman Renaissance
Pembagian Zaman Renaissance
Latar belakang Zaman Renaissance


0 Comments for "Belajar Filsafat 6 : Zaman Renaissance atau Abad Pencerahan"

Back To Top